Ada grup WhatsApp baru, teman-teman lawas, beda almamater, beda sejarah tempat kerja, tapi Kamso manut saja. Anggotanya cuma belasan. Masing-masing bertukar kabar.
Masing-masing, ditanya maupun tidak, menunjukkan foto keluarga, foto suami atau istri, atau foto pose berdua.
Lalu yang satu memulai posting anak, disusul foto keluarga anak, dan foto cucu, yang lain menyambut, membalas serupa. Entah kenapa yang antusias para perempuan.
Ketika warga grup minta foto anak cucu, Kamso bilang belum punya cucu. Foto anak dia ambilkan dari screenshot kontak.
“Lha bojomu endi, Kam?” tanya Siti Menthel.
Kamso juga memberikan screenshot istri sebagai kontak dalam WhatsApp. Tentu dengan menyensor nomor ponsel.
“Gak ada foto lain? Kalo aku kan temen kuliah bojomu, di grup lain juga ketemu dia. Tapi teman-teman di sini kan belum tahu,” kata Sri Ngrejekeni.
“Gak ah.”
“Kenapa?” tanya Titik Anggrek.
“Aku gak nyimpen foto mereka di hape. Lagian hapeku bukan album foto.”
“Tapi ada di cloud kan?” tanya Joko Angkot.
“Ya, dong.”
“Download dong Kam, lantas share,” pinta Iswari Cempluk.
“Gak. Maap. Aku belum minta izin istri dan anak-anak, tapi kalian bisa cari foto mereka di FB dan IG, terutama anak-anakku.”
¬ Gambar praolah: Unsplash
4 Comments
saya juga jarang membagikan foto saya dan istri berdua di media sosial atau di grup.. 😆
Lha..
😇
Baru inget : saya tdk punya foto keluarga yang komplet, baik di dinding rumah maupun dlm ponsel/hard disk laptop maupun hard disk eksternal.
Bukan hanya Njenengan kok Pak