Dengan tanda hubung untuk dua kata semoga jelas bahwa yang saya maksudkan alot adalah stripnya, bukan obatnya. Tapi saya tak akan membahas bahasa melainkan strip — ada juga yang bilang blister, padahal blister bisa berarti lepuh luka akibat iritasi.
Saya heran mengapa ada strip yang mudah disobek dan ada yang tidak. Strip tablet hisap umumnya mudah dibuka, padahal itu bukan permen. Padahal lagi ada permen yang bungkus yang sulit disobek.
Apakah masalahnya semata pada bahan dari pemasok? Beberapa strip pil yang saya jumpai sulit disobek, harus melibatkan gunting. Kalau pil dalam cekungan — atau cembungan, tergantung sudut pandang — memang dirancang mudah dibuka. Dengan menekan tonjolan bening maka jebollah alas di bawahnya.
Bungkus alot tak hanya terjadi pada obat. Pada makanan juga. Tak hanya anak kecil, orang dewasa pun bisa salah mengelola tenaga ketika membuka bungkus keripik tanpa gunting, sehingga bungkus terbuka dengan sentakan, akibatnya keripik berhamburan jatuh ke lantai.
Apakah semua dan setiap produsen obat, makanan, dan minuman memperhitungkan kemudahan buka kemasan sesuai isi?
Khusus untuk bungkus alot pada obat, Anda yang paham industri farmasi pasti dapat menjelaskan alasannya. Saya yakin ini bukan salah vendor maupun salah desain.
7 Comments
Bungkus alot ini menjadi pembenaran saya membawa alat potong sehari-hari, karena kuku atau gigi kita tidak setajam makhluk hidup lain meskipun manusia termasuk kingdom animalia juga.
Aha!
Kita bkn makhluk pengerat. 😁
di Jerman, seingat saya semua obat sudah dalam model cembungan yang mudah itu, paman.. maklum, Jerman suka mengutamakan fungsi..
Nah, menarik ini. Tinggal ceples pluk.
Satu dari dua obat hipertensi saya, lisinopril (untuk pagi), termasuk alot stripnya sehingga sy hrs gunakan gunting sebagaimana Paman dlm foto di atas.
Satunya, amlodipin, untuk sore, gampang saya sobek stripnya pakai driji.
Nah, sama-sama obat resep ternyata gak sama dalam kemudahan?