Telur apa? Tentu telur ayam. Tapi kalau seseorang menyebut telur saja, orang lain paham itu telur ayam. Hal sama berlaku untuk daging. Tanpa keterangan sapi berarti daging itulah yang dimaksudkan. Umumnya judul berita menyebut telur ayam dan daging sapi, tapi Bisnis Indonesia pernah hanya menyebutkan telur saja.
Saya tadi ke warung telur ayam yang kemarin saya ceritakan. Terpasang harga hari ini: Rp20.000/kg. Kemarin masih Rp19.500/kg. Di warung lain, tempat saya membeli serenteng kacang atom, harga telur ayam Rp21.000. Tapi harga kacang atom sepuluh kantong versi Pak Warung Rp8.500, sedangkan versi istrinya Rp9.000. Lelaki sering dan mungkin selalu salah, tapi dalam kasus kacang atom saya berharap hanya bersua Pak Warung.
Kembali ke Bu Warung Telur, saya menduga ponsel menjadi sumber pantauan harga. Tentu, apapun merek ponselnya berikut versi OS-nya, beda sumber info beda harga.
Bu Warung Telur tadi menawari, kalau saya dan istri saya butuh telur, bahkan kurang dari sekilogram, memesan via WhatsApp saja. Siapa yang akan mengantarkan telur? Suaminya. Sungguh kerja sama yang baik — bukan kerja sama yang ndembik, kata narablog Solo yang disayang juragan warung makan.
Tadi saya tanya kenapa sebelum pukul delapan malam warung tutup. Bu Warung Telur bilang, sudah ditegur warung lain, jangan buka sampai malam supaya telur pemain lama tetap laku. Oh, bisnis.
2 Comments
Begitulah.
Generasi lawas dulu mengalami telur jadi barang mewah karena… belum ada ayam petelur.
Daging ayam juga, dulu banget belum ada broiler dsb. Ayam kampung mahal.
Juragan warung makan itu tadi pagi juga bilang bhw harga telur ayam naik tapi sy lupa tadi beliau eh dia sebut angka berapa.
BTW paman seneng kacang atom, to? Kapan hari itu sy beli kacang atom Garuda (sejak dulu sampai sekarang baru beli satu kali😀) ternyata enak, tapi mau beli dan beli lagi lupa melulu.🙈