Plus minus ngeblog sebagai orang media

Ini sudut pandangku yang boleh jadi berbeda dari blogger lain yang juga orang media -- eks maupun masih.

▒ Lama baca 2 menit

Aku tulis judul plus minus tapi akan aku mulai dari minusnya dahulu. Salah satunya: tidak sebebas orang yang bukan karyawan penerbit media. Ya, aku pernah bekerja di sekian media. Pekerja media itu bisa wartawan tetapi bisa juga orang iklan, pemasaran, keuangan, sopir, dan seterusnya.

Dulu, sebagai wartawan aku tak leluasa membahas media lain maupun melakukan otokritik terhadap praktik jurnalistik.

Wajar sih, seorang narablog yang pegawai biro iklan akan kurang elok jika mengkritik karya dan kerja agensi lain maupun klien agensi lain. Yang pertama, menyoroti agensi lain, bisa merepotkan kantornya sendiri. Yang kedua, membahas klien orang lain, bisa mencegah si klien pindah ke agensi si blogger. Apalagi jika mengkritik klien sendiri.

Hal serupa berlaku untuk pelaku pekerjaan dan profesi apapun yang ngeblog pribadi.

Ketidakleluasaan berikutnya, menurutku, adalah membawa urusan pekerjaan ke blog. Aku dulu di majalah komputer untuk awam. Tak pernah aku memotret lab kantor, membahas produk yang sedang kami reviu, apalagi mendahului sebelum terbit. Berbagai cerita tentang wawancara dan peliputan, di media mana pun aku bekerja, juga tak pernah aku lakukan.

Sebagai orang media dari sebuah grup, aku tak mau merugikan media sepupu demi konten blog. Dulu di markas kami ada beberapa media otomotif. Sudah biasa ada mobil baru, belum diluncurkan, yang terparkir di pelataran belakang. Aku tak mau memotret eksterior maupun interior mobil itu. Aku juga tak meminta difoto bersama mobil itu. Hal sama aku berlakukan sepihak terhadap mobil reli maupun jip offroad untuk diulas di media sepupu. Aku tak mau lancang di medan orang.

Sebagai orang media, niat mengkritik tajam secara spesifik terhadap tokoh tertentu pun harus aku rem. Jika di lain hari si tokoh ogah diwawancarai oleh mediaku, atau malah media sepupu, karena postingku, tentu hal itu merugikan.

Hal sama, tapi lebih sulit, adalah mengkritik produk, berupa barang maupun jasa. Aku harus berhati-hati, terutama terhadap produk yang karakteristiknya berpeluang memasang iklan di mediaku.

Lho, bukannya blog pribadi adalah tanggung jawab pribadi, berumah di situs yang berbeda dari media tempatku bekerja? Orang lain kadang tak peduli. Antyo adalah Antyo, tidak bisa dipisah-pisah.

Itulah sebabnya dulu mulanya aku memakai nom du guerre Kere Kemplu, selain karena malu identitasku diketahui juga agar tak dihubungkan dengan mediaku dan grup. Bahwa kemudian orang tahu siapa aku, lalu aku membuka diri, hal itu adalah bagian dari proses.

Memisahkan identitas itu sulit. Maka ketika aku masih di Beritagar.id aku memakai akun khusus @AntyoBeritagar di Twitter, supaya tak ada persinggungan misalnya akun @pamantyo mengeluhkan suatu brand apalagi produk dan layanan konsumen perusahaan yang bernaung di payung yang sama. Mempertautkan aku pribadi sebagai karyawan sebuah grup usaha, karena aku mengkritik perusahaan kompetitor anak usaha yang masih sepupu, juga tak aku inginkan. Jangan sampai orang lain repot karena kontenku di media sosial.

Untunglah selama di Beritagar.id aku tak menggunakan akun @pamantyo untuk urusan pribadi — artinya juga terbebas dari konten memuji media sendiri. Memang sih dalam perjalanan ngeblog sebagai orang media mungkin aku pernah terpeleset kecil tanpa aku sadari maupun ingat.

Itu tadi sisi-sisi minusnya. Lalu sisi plusnya apa?

Nggak ada.

¬ Gambar praolah: Shutterstock

3 Comments

Pemilik Blog Senin 31 Januari 2022 ~ 13.09 Reply

Tabahkan dirimu, dan berceritalah di blog skoyndembik dari sisimu, Kawan
🙏🍎🌺

junianto Senin 31 Januari 2022 ~ 12.50 Reply

Aline penutup, dan alinea atasnya, bikin saua kuciwa.

Tinggalkan Balasan