Tas-tas selama pandemi

Tas-tas nganggur selama pandemi harus tetap dirawat supaya tidak berdebu dan berjamur.

β–’ Lama baca < 1 menit

Tas-tas nganggur selama pandemi harus tetap dirawat

Jangankan perempuan, lelaki saja punya lebih dari satu tas. Padahal gonta-ganti tas itu merepotkan, apalagi jika daya ingat mulai menurun. Tangan tak cepat merogoh kunci dan pengecas karena posisi kompartemen setiap tas berbeda, demikian pula posisi kunci pengaman.

Saya punya lebih dari satu tas oleh dua sebab. Pertama: dapat hadiah. Kedua: tidak bisa satu tas untuk semua keperluan. Tas laptop tipis harian misalnya, tidak cocok untuk ke luar kota, harus ransel yang memuat pakaian juga. Yang pasti saya mensyaratkan tas yang bagian dalamnya bukan hitam, karena latar gelap merepotkan pencarian barang. Maka saya suka tas yang bagian dalamnya kuning, oranye, hijau pupus. Cokelat muda dan abu muda masih bisa.

Selama dua tahun lebih tas-tas saya berjamur dan berdebu. Terutama tas yang tak saya bungkus, lalu saya beri gel silika, dan masuk lemari. Termasuk di antaranya toiletries bag. Malah tas perlengkapan The Body Shop, hadiah dari orang baik, masih ada isinya, beberapa keperluan pria, dari merek yang sama.

Tas-tas nganggur selama pandemi harus tetap dirawat

Cara untuk membersihkan, pakai sabun cuci tangan di wastafel, busa dan sedikit airnya diambil dengan sikat kuku, lalu sikatlah permukaan tas dengan lembut. Kemudian keringkan di bawah matahari pagi.

Besok ulangi lagi dengan membalikkan kantong, bagian dalam di luar, cukup dikeringanginkan.

Tas-tas saya menganggur sejak sebelum pandemi. Jadi dengan membersihkan tas sekalian berharap bekerja lagi di luar rumah? Mmm… malu saya.

8 Comments

Zam Sabtu 29 Januari 2022 ~ 15.19 Reply

saya malah sering dapat saran untuk tidak mengeringkan tas di bawah sinar matahari langsung.. cukup diangin-anginkan.. lalu saya ingat, yang menyarankan bule-bule di negeri subtropis berkelembapan rendah.. mereka ga pernah ngalami bau apek karena gak kering.. 🀣

tapi benar sih, sinar matahari (UV) bisa merusak.. terutama warna jadi lebih cepat pudar..

Pemilik Blog Sabtu 29 Januari 2022 ~ 16.42 Reply

Makanya saya bilang matahari pagi, lalu dikeringanginkan πŸ˜‡πŸ™

junianto Jumat 28 Januari 2022 ~ 15.35 Reply

hmm, tidak usah malu, Paman. Karena, kata Obama, jika kita berpegang pada harapan, hari esok akan lebih cerah.

#sok bijak #sok menasihati #sok skoy

Omong2 ttg tas, mulai 1998 yg sy punyai hanya ransel. Skrg ada tiga, yg dua sdh ndembik, sering saya pakai wadah kalau beli lontong atau nangka😁 satu masih bagus, isi utamanya adalah jas hujan.

Pemilik Blog Jumat 28 Januari 2022 ~ 15.41 Reply

Suwun πŸ™πŸ˜‡πŸŽ

BTW beli nangka utuh seberapa gede ranselnya?

junianto Jumat 28 Januari 2022 ~ 15.47 Reply

Saya nggak pernah beli utuh, Paman.

Biasanya ke Pasar Legi beli prithilan, beli Rp 60 ribu dalam tiga plastik.

Atau kiloan (sudah diprithili) terakhir beli harga sekilo Rp 30 ribu beli dua kilo.

Kalau yg utuh, diantar langsung penjualnya ke warung makan istri saya, sy nggak tahu harganya.

Pemilik Blog Jumat 28 Januari 2022 ~ 16.41

Oh begitu.
Rp60.000 tiga plastik. Sekilo Rp30.000. Nanti kalo saya ke Solo beli nangka ya πŸ˜‡

junianto Jumat 28 Januari 2022 ~ 17.39

Nanti kalau Paman pas ke solo regane wis mundhak.πŸ˜‚

Tinggalkan Balasan