Jangankan perempuan, lelaki saja punya lebih dari satu tas. Padahal gonta-ganti tas itu merepotkan, apalagi jika daya ingat mulai menurun. Tangan tak cepat merogoh kunci dan pengecas karena posisi kompartemen setiap tas berbeda, demikian pula posisi kunci pengaman.
Saya punya lebih dari satu tas oleh dua sebab. Pertama: dapat hadiah. Kedua: tidak bisa satu tas untuk semua keperluan. Tas laptop tipis harian misalnya, tidak cocok untuk ke luar kota, harus ransel yang memuat pakaian juga. Yang pasti saya mensyaratkan tas yang bagian dalamnya bukan hitam, karena latar gelap merepotkan pencarian barang. Maka saya suka tas yang bagian dalamnya kuning, oranye, hijau pupus. Cokelat muda dan abu muda masih bisa.
Selama dua tahun lebih tas-tas saya berjamur dan berdebu. Terutama tas yang tak saya bungkus, lalu saya beri gel silika, dan masuk lemari. Termasuk di antaranya toiletries bag. Malah tas perlengkapan The Body Shop, hadiah dari orang baik, masih ada isinya, beberapa keperluan pria, dari merek yang sama.
Cara untuk membersihkan, pakai sabun cuci tangan di wastafel, busa dan sedikit airnya diambil dengan sikat kuku, lalu sikatlah permukaan tas dengan lembut. Kemudian keringkan di bawah matahari pagi.
Besok ulangi lagi dengan membalikkan kantong, bagian dalam di luar, cukup dikeringanginkan.
Tas-tas saya menganggur sejak sebelum pandemi. Jadi dengan membersihkan tas sekalian berharap bekerja lagi di luar rumah? Mmm… malu saya.
8 Comments
saya malah sering dapat saran untuk tidak mengeringkan tas di bawah sinar matahari langsung.. cukup diangin-anginkan.. lalu saya ingat, yang menyarankan bule-bule di negeri subtropis berkelembapan rendah.. mereka ga pernah ngalami bau apek karena gak kering.. π€£
tapi benar sih, sinar matahari (UV) bisa merusak.. terutama warna jadi lebih cepat pudar..
Makanya saya bilang matahari pagi, lalu dikeringanginkan ππ
hmm, tidak usah malu, Paman. Karena, kata Obama, jika kita berpegang pada harapan, hari esok akan lebih cerah.
#sok bijak #sok menasihati #sok skoy
Omong2 ttg tas, mulai 1998 yg sy punyai hanya ransel. Skrg ada tiga, yg dua sdh ndembik, sering saya pakai wadah kalau beli lontong atau nangkaπ satu masih bagus, isi utamanya adalah jas hujan.
Suwun πππ
BTW beli nangka utuh seberapa gede ranselnya?
Saya nggak pernah beli utuh, Paman.
Biasanya ke Pasar Legi beli prithilan, beli Rp 60 ribu dalam tiga plastik.
Atau kiloan (sudah diprithili) terakhir beli harga sekilo Rp 30 ribu beli dua kilo.
Kalau yg utuh, diantar langsung penjualnya ke warung makan istri saya, sy nggak tahu harganya.
Oh begitu.
Rp60.000 tiga plastik. Sekilo Rp30.000. Nanti kalo saya ke Solo beli nangka ya π
Nanti kalau Paman pas ke solo regane wis mundhak.π
Seneng mbathi