Siapa yang butuh maket kantor pos selain guru SD? Tapi para murid lebih sering melihat kurir Tiki sampai Ninja Xpress, juga Gofood dan Grab Food, bukan Pak Pos.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Miniatur bangunan kantor pos dan mobil pos untuk nostalgia

Tak usah kaum milenial dan yang generasi Z, karena sebagian generasi kolonial pun mungkin tak memiliki endapan nostalgik tentang kantor pos karena dulu pun jarang ke kantor pos. Ayah dan ibunda dari generasi milenial hanya berjumpa Pak Pos di rumah saat menerima surat pos kilat khusus, yang butuh tanda tangan untuk resi, namun tiada pertautan dengan Resi Bisma maupun Resi Wiyasa.

Lalu? Tanpa sengaja saya temukan lapak penjual miniatur bangunan kantor pos. Hanya cocok bagi peminat yang punya rak dan ruang cukup, bukan dalam rumah sempit yang sudah diisi akuarium semeter bahkan lebih. Tapi miniatur ini cocok untuk guru SD.

Eh, emang anak SD butuh tahu bentuk trimatra kantor pos selain istilah post office dalam pelajaran bahasa Inggris dan lagu “Aku Tukang Pos”?

Mungkin, seperti orangtuanya, bocah-bocah lebih kenal Tiki, JNE, Si Cepat, Ninja Xpress, J&T dan seterusnya yang sering mendatangi rumah mereka dengan seruan, “Pakettt…!”

Itu pun dengan catatan — tapi semoga saya salah duga — anak-anak tak tahu ciri masing-masing kurir. Semua kurir dianggap generik. Kalau terhadap kurir Gofood dan Grab Food mereka malah bisa membedakan.

Hari-hari kantor pos terasa makin cekak. Loketnya sepi. Pos versi kios dengan pintu guling terus berkurang. Direktur Pos Indonesia pun mungkin lebih sering menerima pesanan via ekspedisi non-pos sejak sebelum jadi petinggi di lembaga layanan tua warisan Belanda itu.

Di Amerika Serikat, seorang pensiunan profesor, yakni Steve Hutkins, membuat blog Save the Post Office. Pada 2020 Vice mamasukkan Hutkins dalam Humans of the Year.

6 thoughts on “Replika untuk menyelamatkan ingatan akan kantor pos

    1. Sahabat pena. Lama gak dengar itu. Penpal. Era prainternet. Dulu dalam isian hobi kadang ada korespondensi. Kantor pos merayakannya dengan hari khusus. Tapi saya belum pernah berkorespondensi, dalam arti berbalas surat lebih dari sekali, dengan orang yang tak saya kenal.

      Terima kasih sudah berkomentar 🍎🙏

  1. seingat saya, malah belum pernah liat “kantor pos besar” di Berlin. maksud saya yang kayak “kantor pos besar” yang gedungnya dimiliki perusahaan pos dan bisa mendapatkan banyak layanan pos.

    layanan pos Deutsche kantornya biasanya kios kecil, nyewa atau numpang di toko lain..

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *