Tak ada yang lebih bagus selain belajar sambil praktik termasuk dalam urusan kondom untuk bertahan hidup.
↻ Lama baca 2 menit ↬

Buku survival tip pasukan komando SAS Inggris

Banyak membaca akhirnya lupa. Tidak membaca takkan lupa karena belum pernah ingat. Jadi sebaiknya jangan membaca apapun. Misalnya buku saku kecil (8 x 11 cm) setebal 384 halaman (2 cm) ini, yang saya temukan berdebu di sudut rak buku tadi pagi, terselip di antara buku lain.

Dari judul sudah gampang ditebak, isinya panduan survival di alam bebas, tropis maupun subtropis. Penulisnya bekas serdadu sekaligus instruktur pasukan komando Inggris SAS, John Wiseman, yang memiliki The Survival School, Hereford. Ada beberapa buku lain karyanya ihwal survival dengan penerbit berbeda.

Saya membeli buku ini di suatu bandara, 26 tahun silam, untuk bekal penjemput kantuk dalam penerbangan lama. Karena dihidangkan anggur di kelas saya, boleh minta tambah, kantuk pun cepat tiba. Tapi ada dua hal yang saya ingat dari buku mungil bergambar ini: kondom dan parang.

Buku survival tip pasukan komando SAS Inggris

Kondom itu ringkas, tipis, ringan, bisa masuk dompet maupun saku koin pada jins eh jin, bisa menampung seliter air. Jadi ada alasan jika ditanya pasangan di rumah kenapa bepergian bawa kondom. Maksudnya, apakah di negeri tujuan tak tersedia. Alasan lain bisa mengarang. Untuk membungkus ponsel atau kamera nircermin kecil kalau zaman sekarang.

Adapun parang adalah senjata serbaguna yang dicontohkan Wiseman selain pisau lipat. Tentu barang ini tidak bisa masuk kabin, tapi dulu, sebelum 911 pada 2001, Victorinox bisa dibawa, hanya saja tak dibahas dalam buku.

Selebihnya saya lupa apa saja isi buku ini. Untuk ular, anggap saja semua berbisa maut tanpa mengamati taring dan bentuk kepala.

Buku survival tip pasukan komando SAS Inggris

Moral cerita? Misalnya tersesat di hutan, saya tak tahu bagaimana bertahan hidup ala militer. Misalnya di gunung, saya tak tahu apakah harus turun mengikuti alur sungai ataukah ada cara lain. Kenapa?

Saya punya sekian bukan: pendaki, penempuh rimba, pemanjat tebing, maupun penyusur gua. Saya belum pernah ikut diklatsar survival. Belum pernah ikut Menwa. Berkemah terakhir pun seingat saya saat kuliah.

Tentu jika saya tersesat di alam bebas mana pun akan saya turuti naluri saya untuk selamat, setipis apapun bekal survival saya. Semua orang akan begitu.

Lantas bermanfaatkah buku macam ini? Tergantung pembacanya. Dalam derajat lebih ringan, buku panduan berlatih renang pun bisa bermanfaat. Pernah membuktikan? Belum, tapi saya teringat Jusuf Kalla.

Dalam kampanye Pilpres 2009, saat JK berpasangan dengan Wiranto, untuk melawan SBY-Boediono dan Megawati-Prabowo, ada video tim sukses JK yang menarik. Isinya tentang kemauan dia untuk belajar dan bekerja keras, tak hanya dalam bisnis dan politik, tapi juga berenang. JK, putra suku bangsa pelaut, belajar renang setelah tua dari buku, praktik di kolam renang rumahnya di Makassar, Sulsel, sampai buku itu basah.

Sayang, setelah masa kampanye usai menjelang hari pencoblosan, video itu dilorot dari YouTube.

Tentu sekarang era media sosial. Banyak tip bertahan hidup berupa gambar maupun video. Meskipun kita pernah membagikannya bahkan lintas platform, dari sepuluh tip berapakah yang kita ingat, dengan catatan kita punya “sekian bukan”?

  • Judul: SAS Survival Guide
  • Penulis: John Wiseman
  • Penerbit: HarperCollins, Glasgow, 1993
  • Tebal: 384 halaman

4 thoughts on “Belajar survival kok cuma ingat kondom

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *