Saya mencoba mengingat-ingat apa saja barang berwarna ungu yang saya punyai. Aha! Ada. Selembar kemeja lengan panjang ungu tua. Untuk pertama kali dalam hidup saya punya baju ungu, saya beli 2019, secara daring, dan ternyata kedodoran, baru saya pakai dua kali.
Saya beli baju itu mengikuti imbauan tentang busana, ya dress code, untuk kebaktian khusus di gereja sebelum pandemi.
Oh, saya ingat yang lain. Pernah saya punya kaus ungu, hadiah dari teman. Lainnya belum berhasil saya ingat, tapi saya merasa bukan penggemar warna ungu maupun band Ungu tapi dua kali saya pernah membeli obat di Apotek Ungu, Jatimakmur, Pondokgede, Bekasi, Jabar.
Saya tak dapat menjelaskan kenapa tak suka — bukan membenci — warna ungu sehingga tak memiliki baju dengan ungu tua dominan, misalnya kemeja batik. Kalau lantaran kulit saya cokelat gelap, nyatanya saya punya baju hitam, putih, biru, dan kaus merah, kuning, abu-abu misty, oranye, bahkan hijau pupus.
Saya melamunkan warna ungu saat tadi pagi memotret pot tanaman hias. Dari Google Lens akhirnya saya tahu namanya purple heart tapi lebih sering disebut bunga adam hawa.
Jika warna melambangkan sesuatu, ungu mengingatkan saya kepada feminisme. Lalu jambon dipersepsikan sebagai warna feminin. Kalau warna maskulin apa?
2 Comments
Bagaimana dengan Koboi Sutra Ungu, Paman?
(Saya juga merasa bukan penggemar Ungu Band).
Oh iya ya. Judul pelesetan dari Kabut Sutra Ungu 🤣