Ada kakek men-dribble kaleng. Kakek lain berakrobat naik motor.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Memotret pakai ponsel dengan teropong rol tisu

Di sebuah gang sepi saya pernah memergoki seorang kakek menendang kaleng ke arah kebun kosong. Passing dia bagus. Kaleng mengenai pohon. Setelah itu dia tengok kanan-kiri. Wajahnya seperti malu. Dan ternyata saya menghentikan langkah, tersenyum, acung jempol, “Bagus, Pak!”

Dia tertawa kecil. Semburat malu masih tersisa. Kami tak saling kenal. Saya bukan orang kampung situ, cuma kebetulan jalan kaki memilih gang yang jarang saya lewati.

Saya dari kejauhan juga pernah melihat seorang pria tua men-dribble kaleng di pinggir jalan. Setelah ada yang menegur dengan canda, dia lepaskan kaleng sambil tertawa.

Selalu ada residu kekanak-kanakan dalam diri pria dewasa. Ada yang impulsif tersalur, ada yang perlu acara, misalnya permainan.

Saya pernah melihat pria sendirian meniti tonjolan beton pembatas jalan. Seperti anak kecil berlatih keseimbangan.

Memotret pakai ponsel dengan teropong rol tisu

Pernah suatu sore sepulang jalan kaki saya melewati RT lain. Seorang ibu yang saya kenal tiba-tiba berteriak dalam bahasa Jawa, “Gimana sih wis tuwèk masih suka akrobat!”

Dia sudah punya beberapa cucu. Saya menengok ke arah ibu itu berseru. Suaminya mengendarai skutik sambil rebahan tertawa-tawa. Sang istri berkata kepada saya, “Liat tuh Pak, gitu itu kelakuan bapaknya!” Kami bertiga tertawa.

Iseng. Impulsif. Jika yang mencuat adalah hasrat bocah kadang bikin malu. Saya dulu juga, tapi saya malu menceritakan.

Lalu hubungan cerita ini dengan gambar? Tadi sore sebelum gelap saya akan membuang karton rol tisu dapur (kitchen towel) yang panjangnya dua kali rol tisu gulung biasa. Mendadak saya menjadikan rol itu sebagai teropong sambil membuka gerbang. Saya tak tahu ada yang memergoki atau tidak. Semoga CCTV RT sedang ngadat.

Tapi saat meneropong, dengan memicingkan sebelah mata, karena jika kedua mata terpejam, pemandangan menjadi berbeda, mendadak saya ingin mencoba memotret pakai keker karton itu. Jadi. Lihat saja hasilnya. Keren? Nggak. Puas? Apalagi. Tapi saya lega.

Memotret pakai ponsel dengan teropong rol tisu

Anda pun pasti pernah menuntaskan dorongan kekanak-kanakan.

3 thoughts on “Jiwa kanak-kanak dalam raga tua

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *