Pertanyaan saya dalam judul di atas memang naif. Maklumlah saya orang awam. Saya tawakal jika ditertawakan.
Dalam pengandaian saya, resapan yang tersebar di mana-mana, tak hanya di atas trotoar tetapi juga gang-gang — misalnya satu sumur peresap air hujan, kalau bisa sekalian air limbah rumah tangga, untuk setiap empat rumah — itu untuk membayar utang air kepada tanah.
Ya, sebuah cara bertakzim kepada alam agar air tanah tak terdesak air laut, pun agar tanah tak amblas sehingga bikin miring bangunan, dan yang paling terasa supaya setiap kemarau tak ada keluhan sumur kehabisan air.
Bagaimana dengan pembuangan air hujan supaya tidak banjir? Tentu kapasitas sumur resapan terbatas, lalu luapan disalurkan bersama air yang belum teresap ke saluran buang. Kemudian air dari sana mengalir ke polder kota, yang terowongan drainasenya bisa dimasuki Mini Cooper atau malah truk seperti dalam film laga, dan air mengalir sampai jauh akhirnya ke laut.
Tolong dikoreksi kalau saya salah. Mentertawai saya juga boleh. Saya memang belum pintar. Yang penting ada optimisme bisa meningkat.
Saya paham semuanya butuh rencana induk yang matang, dipikirkan secara ilmiah, bukan cuma naluri alamiah pokoknya air hujan harus segera enyah supaya kaki tak basah.
2 Comments
Kalau pemerintah, pun DPRD DKI, kayaknya ya untuk mencegah banjir.
Yahh soal cara berpikir sih 🙈