Saya membersihkan kaleng wadah teh cap Ahmad, yang berusia 20 tahun ini, sambil tersenyum, untung tak ada yang memergoki. Double decker London ini mengingatkan tiga hal tentang bus serupa di Indonesia.
Pertama: saya mengalami bus kita model loteng milik PPD di Jakarta. Kedua: Pada 2018 saya batal menikmati bus tingkat pariwisata milik DKI, padahal sudah duduk manis di dalam loteng, paling depan pula, karena saya ingat tujuan ke Grand Indonesia adalah ke Ace Hardware, untuk membeli gembok. Dari kantor di Jatibaru saya naik ojek, begitu sampai di tujuan melihat bus, saya langsung masuk, lupa tujuan. Bus loteng wisata di Semarang juga belum saya coba. Begitu pula yang AKAP.
Ketiga: setiap melihat foto bus tingkat saya selalu ingat cerita teman saya, Yami Wahyono, orang Banyuwangi, pada abad lalu. Katanya, suatu hari rombongan orang dari Madura ketika cari angin di Jakarta memenuhi dek atas, tapi ketika bus mulai bergerak mereka minta bus tingkat berhenti, lalu semuanya turun.
Kondektur menanya kenapa. Salah seorang menjawab, “Ada sopirnya saja bisa nabrak, Pak. Lha di atas ndak ada sopirnya. Beremma?”
Mohon maaf untuk para sadulur Madura.
Β¬ Gambar: dari Toyota Astra, Damri, Wisata Semarang
5 Comments
link konten ini sdh sy krm ke mas yami wahyono, kawan paman yg juga eks bos saya. sy msh nunggu klarifikasi eh komennyaπ
BTW ttg bus tingkat, thn 80an (sampai kpn sy lupa) pernah ada armada damri.
sekarang (kalau gak salah sejak 2010 atau 11 thn silam) ada bus tingkat untuk wisatawan, namanya Werkudara, dahulu beroperasinya tiap sabtu, minggu, dan hari libur, dan bisa dicarter (sy blm update perk setelah pandemi)
# di solo
Semoga sampai ke Cak Yami.
Mari naik bus loteng π
ini komen beliau ππ
He he he. ππππ€ͺπ€ͺπ€ͺ
Semoga beliau sehat senantiasa π