Misalnya Anda masih menenggang kebiasaan burook sejumlah orang terhadap tembakau, pilihlah asbak kaca. Jika rumah atau kedai Anda tak menenggang para “ahli hisap” (pakai “p”, bukan “b”), tak usah menyediakan asbak. Usir saja mereka.
Kenapa dengan asbak beling? Lebih mudah dibersihkan. Diseka dengan tisu juga bisa. Kalau saya dulu di kantor menyekanya dengan tisu basah. Tapi paling sip ya diserahkan kepada orang dapur seperti halnya piring dan gelas.
Lalu selama asbak dicuci dan menunggu kering, ke mana menaruh abu dan puntung? Ya ke asbak beling lagi. Di tempat kerja dulu saya punya lima lebih asbak beling yang saya beli di gerai Kedaung, harga sebuah tak sampai Rp10.000.
Paling nggilani itu asbak apapun yang penuh puntung dan abu, apalagi yang berbahan kaleng dan melamin. Dalam keadaan kosong saja tampak kotor. Apalagi yang jarang dicuci. Bagus juga sih untuk memperingatkan para perokok, begitulah rupa paru-paru mereka: hitam, kotor, hangus, lengket. Menyeramkan.
Biarpun sudah 20 tahun, seperti asbak dengan embos kucing di atas, asbak beling dari sejawat ini selalu bersih bening.
Kalau yang di gambar teratas itu sebetulnya bukan asbak, melainkan mangkuk mini tebal untuk diisi air dan lilin apung (tealight candle) aromaterapi.
2 Comments
Saya tdk menyediakan asbak di rmh krn keluarga saya antiahli hisap. Tapi, meski antiahli hisap, sy blm pernah mengusir mereka๐
Norma berubah. Makin banyak keluarga tak punya asbak. Tamu harus tahu diri.
Suatu kali mungkin perlu mengusir ๐