Setiap rumah punya teras tapi tak semuanya tampak diisi penghuni untuk berangin-angin.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Mengapa tak semua teras diisi penghuni, siang maupun terlebih malam?

Malam ini, dan sebelumnya, cuaca nyaman. Dua puluh enam derajat Celsius. Angin berembus lembut. Dan seperti biasanya aku duduk di teras. Kadang sambil ngeblog atau baca. Ditemani spiker Bluetooth, menyetel apa saja, dari stasiun radio pedesaan hingga light jazz dari stasiun radio daring dan Spotify. Teh panas tentu. Kadang kopi tubruk maupun french press.

Pagi hingga sore pun jika tak ada pekerjaan domestik maupun dinas, aku sering duduk di teras. Kurir sampai hafal. Jika malam tiba, peronda juga melihatku di teras.

Semua rumah di lingkunganku punya teras. Namun siang maupun terlebih malam jarang penghuninya duduk di teras. Padahal pagar mereka bertabir polikarbonat setinggi teralis pagar dan gerbang.

Memang di teras selalu ada nyamuk. Apalagi saat malam gerah lembap memompakan peluh.

Di dalam rumah dan di teras aku sama nyamannya. Aku bersyukur punya ruang hunian bernama rumah kecil. Punya teras fungsional pula.

4 thoughts on “Teras dan cuaca nyaman

  1. Sy juga bersyukur punya teras meski hanya berukuran sekitar 5,5 meter kali 1,5 meter. itu pun dikurangi kolam ikan (model persegi panjang) sepanjang sekitar dua meter sehingga teras tinggal ukuran 3,5 meter kali 1,5 meter.

    Sy nggak pernah duduk2 di teras, karena terlalu dekat ke jalan depan rmh yang lumayan besar dan ramai oleh lalu lalang mobil maupun pit montor….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *