Orang lain di mata kita lebih nyaman hidupnya, padahal mereka menilai kita hidup aman damai sejahtera.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Contoh wang sinawang dalam kehidupan orang Jawa

“Oom, wang sinawang itu apa sih? Kan cuma saling pandang? Emang salah? Kalo sorot mata nantang, itu salah, soalnya ngajak berantem,” tanya Rudolfo Kliwon, bukan Rudolf Wage.

Kamso menjelaskan, itu tamsil Jawa. Dalam kehidupan, seseorang kadang melihat orang lain tampak lebih nyaman, urusan sandang pangan papan sudah kelar, begitu pun aktualisasi diri untuk niat egosentris maupun altruistis.

“Kalo orang lain tampak lebih enak, wajar dong kalo kita penasaran, pengin niru?”

“Iya. Tapi kita kan nggak tau sisi kecut dan pahit dalam kehidupannya? Temenku pernah saben hari main ke warung berdinding tripleks di luar kompleks, cuma minum kopi sasetan, ngobrol, karena penasaran sama wajah teduh penjualnya yang seperti nggak punya beban, selalu bicara sarèh. Padahal temenku menikmati pensiun aman secara finansial, anak-anaknya sudah mandiri, kawin semua, punya rumah.”

“Berarti temen Oom itu harus ikut yoga atau komunitas spiritual supaya seimbang.”

“Mungkin.”

“Kalo aku belum perlu. Masih akrobat gini, mikir cicilan rumah, mobil, bayar SPP anak, saben hari waswas bakal di-PHK. Liat orang lain juga punya banyak kewajiban finansial tapi kok bisa nutup, pake sisa pula. Terus terang aja aku ngiri. Penasaran, salah di mana ya akunya?”

“Coba kamu ambil meditasi dan olah tubuh buat ngelatih kesadaran seminggu aja, nggak perlu ke Ubud, ke Puncak juga bisa. Makan dari hasil kebun.”

“Ngelatih kesadaran? Aku mentally sehat, balanced. Mind, body, spirit. Pakai bayar, paket seminggu itu?”

Kamso mengangguk, tersenyum.

“Gile! Pake bayar, baru ndaftar belum berangkat udah stres.”

¬ Gambar praolah: Shutterstock dan bennylin.github.io

2 thoughts on “Wang sinawang, saling pandang, apa salahnya?

  1. Tepatnya eh kompletnya sawang-sinawang, paman.

    BTW di kampung sebelah ada ortu punya bbrp anak dan menamai dua di antaranya Sareh dan Sarwono. Maka sering muncul gojek kere begini misal ada seorang kawan (sebut saja Rudolfo Kliwon) emosi :

    Saya : He Rudolfo Kliwon mbok sing sareh, aja emosi.

    Kawan saya yang lain langsung menyahut, “Yen ora iso sareh yo sarwono wae.”

    1. Betul, itu disingkat, bukan oleh orang Tosuro.

      Tentang nama Sarwono Kusumaatmadja ada yang menarik. Itu nama Jawa padahal keluarga Kusumaatmadja adalah orang Sunda. Kenapa bukan Sarwana?

      Itu nama dokter yang berjasa bagi orangtua Mochtar Kusumaatmadja. Ya orangtuanya Sarwono juga.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *