Ketika anak ogah terlibat dalam grup keluarga besar karena beda selera dengan kaum tua.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

“Oom Kamso ikut berapa grup WA?” tanya Wikanti.

“Banyak, tapi nggak sampe 20. Lebih banyak pasif. Kecuali ada mention, ditanya pula. Emang napa?”

Sambil tertawa Kanti berkisah, ia dan adiknya, Wigati, ikut grup WA keluarga besar mamanya karena sang mama memohon, sungkan terhadap para kangmas, mbakyu, pakde, bude, kenapa kedua putrinya yang sudah bekerja tak mau bergabung. Padahal mamanya admin. Kalau papanya pasif.

“Padahal isinya cuma nostalgia yang aku nggak paham, dari film sampe musik, Oom. Humornya khas bapak-bapak Jawa. Tapi lebih banyak lagi yang cuma forward renungan Kristiani sama tauziah Islami. Kayak religius gitu, tapi semangat kalo gibahin tokoh. Juga sering tuh share poster motivasi soal optimisme, kesabaran, kudu humble padahal mereka showy.”

“Terus kalian gimana?”

“Ya cuekin aja. Ngikutin papa yang sebagai menantu tuh ikut karena sungkan. Tapi papa nggak pernah baca. Cuma skip aja.”

“Oh, keluarga bijak. Sip!”

“Nah kalo kita lagi ultah, ikutin papa juga. Tunggu sampe menjelang midnite buat bilang thank you buat semua.”

¬ Gambar praolah: Shutterstock

2 thoughts on “Ikut grup WhatsApp karena sungkan

  1. Tak beda dari saya : sungkan keluar dari grup WA krm dlm grup ada mantan direktur kelompok (dirkel), mantan pemred saya, dan bbrp mantan bos lain, pidihil sebgn besar pembicaraan (oleh sebgn kecil anggota grup) bikin saya muak…..

    dan para mantan tsb, sebagaimana sy, nggak pernah muncul tulisannya dlm grup WA.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *