Sore ini saya melewati sebuah warung. Saya sempatkan memotret info jualan dia: martel (bukan Martell) dan seblak.
Kalau seblak saya tahu, itu yang mirip kerupuk lembek disiram kuah pedas. Tapi kalau martel saya belum tahu. Membayangkan seblak dengan Martell (dengan “l” ganda) tampaknya bukan kombinasi yang lazim. Dari sisi harga juga jomplang, karena cognac itu jutaan rupiah per botol.
Kalau seblak dan martil juga tak berjodoh. Tak ada alasan bagi mereka untuk berseteru. Jadi, martel itu apa?
Tadi saya mau tanya, warungnya sepi. Lagi pula kalau cuma menanya, tidak beli, malah tak enak hati. Kenapa? Saya tidak membawa dompet saya yang kosong.
2 Comments
Jika ke warung makan istri saya lagi, sebaiknya pesan selat lidah dan es jus alpukat (dua menu makanan dan minuman enak termahal di sana 😬).
Siap.
Pasti saya akan dapat diskon. 😇