Merek telur asin ini bikin saya tersenyum, seolah mengajak orang untuk menggadonya. Dalam KBBI, gado berarti makan lauk-pauk tanpa nasi. Ya, seperti gadho dalam bahasa Jawa.
Soal lauk sebagai pelengkap nasi ini memang bisa berubah seiring perjalanan waktu. Sejawat saya pernah mengenang masa kuliah di UI, Depok, dia masak mi instan di kontrakan. Saat dia menyantap, salah satu anak kecil yang main ke rumahnya berkomentar, “Ih, makan mi kok digado, Kak?”
Sekian tahun kemudian, di warteg sebelah kantor di Kebon Jeruk, Jakbar, saya meniru pengudap lain: memesan nasi rames dengan tambahan mi goreng, melengkapi kering tempe dan lainnya.
Kalau menggado telur? Saya pernah. Di alun-alun Salatiga, Jateng, saat kelas tiga SD. Hari itu ada pertandingan antarsekolah. Banyak penjaja makanan. Salah satunya menjual sampe dengan bonus main pinball sederhana di kotak yang ditaruh di atas boncengan sepeda. Saya menang. Dapat hadiah telur pindang yang kulitnya berwarna cokelat.
Selesai makan sempe dan telur saya merasa seret, butuh minum. Tapi uang saya sudah habis.
¬ Bukan posting berbayar maupun titipan
2 Comments
Sampai usia saya 57 tahun sekarang (dan pidihil pernah 16 tahun jadi jurnalis kantoran yang salah satu tugasnya mengedit naskah), baru hari ini saya tahu ada gado dalam KBBI yang seperti gadho dalam bahasa Jawa….
Saya ini memang embuh, kok, paman 🙈
Sama. Saya juga embuh. Kita bersaudara dalam embuh. 🤭