Pakde Sengon datang bersepeda, berhenti di depan gerbang carport, dan mengulangi diskusi singkat tahun lalu: demokrasi itu tak memuaskan tapi tetap jadi pilihan.
Kamso bilang, “Nuwun sèwu, Pakde. Seperti kehidupan perkawinan, kadang suami atau istri itu kan ngeselin bahkan bikin kuciwa. Tapi itu belum tentu jadi alasan buat pegatan, kan? Demokrasi juga.”
Keduanya terbahak dari balik masker.
Karena didesak terus padahal obrolan jangan lama, lagi pula Kamso bukan ahli politik, akhirnya terucapkan garis bawah: demokrasi jangan memberi kesempatan kepada pihak yang antidemokrasi.
Memang itu sebuah cara paradoksal: upaya tak demokratis, dengan payung kewarasan dan konstitusi, atas nama penyelamatan demokrasi. Apa boleh buat.
Dengan gaya pengamat seperti di YouTube, Kamso bilang pihak antidemokrasi akan meraih kekuasaan dengan dua cara, jalur konstitusional dan inkonstitusional.
“Setelah berkuasa mereka akan menghapus demokrasi, Pakde. Celakanya, mereka nggak mau dikoreksi karena nggak doyan demokrasi.”
“Padahal demokrasi yang ngeselin itu, sebagai bikinan manusia, masih mau dikoreksi ya, Mas. Curang dong yang antidemokrasi itu!”
“Tapi mereka nggak merasa curang. Apalagi kalo udah bawa urusan surga dan negara eh neraka, Pakde!”
¬ Gambar praolah: Shutterstock