Mulanya orang jauh akhirnya orang-orang dekat kita, secara fisik maupun pertalian darah, yang diserang korona. Tapi kita punya dorongan primitif ogah mati.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Akhirnya nama-nama orang yang aku kenal dekat, bahkan ada pertalian darah, sehingga lebih dari dekat, terkena Covid-19.

Meskipun begitu apabila menyangkut orang yang tak aku kenal namanya bukan berarti bukan soal. Tadi siang seorang penggalang bantuan melaporkan di Twitter, ada saja anak dalam arti masih di bawah umur yang menjalankan fungsi kepala keluarga karena kedua orangtuanya sedang menjalani isolasi mandiri.

Ada kecemasan dalam diriku. Aku rasa itu wajar. Dalam setiap makhluk ada dorongan primitif tak ingin mati.

Sejauh ini aku tidak, atau belum, disergap virus korona. Jika pun itu terjadi — tentu aku sangat tidak berharap, dan aku berdoa untuk itu — berarti tiba giliranku menjadi tambahan entri nama demi nama korban pandemi dalam benak mereka yang mengenalku. Benak dan hati orang-orang yang barangkali antara jenuh, putus asa, jengkel, dan bahkan berduka karena ditinggal pergi orang-orang tercinta yang dihela pagebluk.

¬ Gambar praolah: PicsArt

10 thoughts on “Nama demi nama

  1. saya juga sudah terlalu sering menerima kabar duka. bahkan teman seusia saya, teman SMA juga ada yang meninggal karena covid-19..

    semoga kita semua sehat dan terlindung dari covid-19..

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *