Seperti halnya Pak Pos, para kurir sudah punya peta urutan antar di benak, mana dibantu aplikasi pula.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Kurir paket Anteraja dengan karung berisi 50 paket lebih

Saya sengaja mengamati si kurir dengan dugaan barang untuk saya akan terambil dari karung pada urutan tak sampai kelima. Ternyata benar.

Saya sok tau karena berasumsi si kurir, yang kantor logistiknya di kawasan antar sekitar saya, sudah punya urutan alamat tujuan di benaknya.

Saya juga berpengandaian, bagian sortir paket di kantor terakhir sudah mengurutkan, lalu sistem besar dengan peta alamat tujuan akan berujung ke aplikasi di ponsel kurir. Pelacakan di ponsel konsumen adalah bagian dari itu.

Logistik modern dengan jaringan hub memang mempermudah kurir. Tanpa sistem bagus, maka kurir akan seperti satpamwan perumahan yang secara insidental ditugasi warga menyebar undangan di blok kompleks.

Satpamwan yang ogah repot di awal, karena tidak mengurutkan undangan, akan sibuk mencari undangan yang tepat sasaran di setiap gerbang rumah. Kadang si satpamwan harus mengeluarkan semua amplop dari tas keresek.

Satpamwan sip akan mengurutkan alamat antar sebelum dia berkeliling.

Meskipun demikian saya masih penasaran, apakah para kurir tidak kerepotan membaca nama dan alamat dalam font berukuran kecil?

Memang sih ada aplikasi dalam ponselnya tapi tugas si ponsel hanya akan tuntas setelah paket diserahkan. Artinya paket harus ditemukan dulu dan nama serta alamat tujuan terbaca. Setelah itu barulah ponsel dapat memotret QR code.

Setiap kali saya menanya kurir soal label dalam paket, jawabannya hanya tawa kecil. Ada juga yang menjawab, “Biasa aja, Pak.”

Rupanya saya yang rumit.

¬ Bukan posting berbayar maupun titipan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *