Stiker bisa menjadi pernyataan diri. Ada juga yang sekadar melucu, memasang stiker Fake Taxi padahal bisa merepotkan keluarga.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Sambil berteduh dari hujan, saya mengamati mobil yang diparkir di depan teras panjang sebuah pusat perkedaian. Ada yang keren karena cocok, lagi pula mobilnya bagus, terawat: stiker National Geographic Society di pintu Land Rover.

Stiker sebuah brand bisa dipasang sebagai identifikasi diri padahal si pemasang tak punya keterlibatan langsung. Ada kebanggaan. Atau mungkin sekadar iseng melucu, mencari perhatian seperti stiker Fake Taxi di beberapa mobil di Jabodetabek.

Entahlah, kalau si pemilik mobil adalah seorang ayah, lalu mengantar anaknya ke SD, bagaimana si anak akan menjelaskan maksud stiker Fake Taxi. Kepada siapa, teman-temannya? Bukan. Kepada gurunya dan satpam.

Stiker itu ada yang pas dan keren, misalnya Camel Trophy pada Land Rover. Menurut siapa? Pemilik, tentu saja. Itu hak. Toh orang lain tak dirugikan. Serupa mobil lain yang dipasangi stiker gede Hello Kitty

Hal sama berlaku untuk Suzuki Carry dan Kijang kotak butut yang memasang stiker besar Harley Davidson di kaca belakangnya. Suka-suka si empunya mobillah.

Dulu banget ketika saya bocah, ada saja mobil yang memasang stiker besar Winchester atau John Player Special di kaca belakang. Angkutan umum Mitsubishi Colt T120 termasuk di antaranya.

Anda masih ingat stiker apa saja yang dulu dianggap keren?

4 thoughts on “Tentang stiker di mobil

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *