Sebenarnya patokan parkir apakah bemper mentok itu sederhana: bunyi jedhug. Sayang tak semua pemilik mobil tak tanpa sensor mau melakukan itu.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Kiat memasang tanda stop saat parkir di carport

Dengan maupun tanpa sensor-dan-kamera di hidung mobil, patokan berhenti itu mentok atau belum sebenarnya sederhana. Kalau bunyi jedhug berarti pol.

Saya bukan pengemudi terampil, tapi sejauh ini, seingat saya, tidak pernah menciumkan bemper depan.

Kalau untuk bemper belakang, sebelum ada sensor apalagi kamera 3D, patokan mentok juga dari bunyi jedhug. Semuanya bukan masalah asal tak menyentuh orang terutama anak kecil dan piaraan yang tak tertangkap kaca spion. Kalau menyangkut properti orang ya harus siap mengganti rugi.

Dulu, pada era MPV lawas seperti Toyota Kijang tanpa sensor mundur, kadang ada penumpang jahil di belakang. Saat mobil mundur, dia menyikut kaca sehingga bunyi jedhug, lalu sopir pun mengerem.

Kiat memasang tanda stop saat parkir di carport

Lalu urusan foto dalam posting ini? Karena mobil dipakai bergantian, saya memasang selotip Scotch di tembok carport, lalu saya coret dengan spidol merah, sejajar dengan kaca spion. Baru kemarin saya lakukan.

Ndesit bin katro, ya? Biarin. Ini kan tembok saya. Saya meniru halte busway. Dulu ada dua penanda titik henti sesusai merek bus Transjakarta, misalnya Hino, agar pintu bus tepat berhenti di depan pintu halte.

Kenapa di tembok kiri? Bidang tembok kanan tak memadai, titik untuk spidol berada di udara.

Cara ini lebih murah dan lebih mudah ketimbang beli, apalagi merakit, alat photoelectric sensor dengan laser.

6 thoughts on “Meniru halte busway di rumah

  1. kalo di Berlin, kereta yang ada penanda begini. di jam-jam tertentu, rangkaian kereta pendek, dan masinis berhenti di area yang ditandai khusus untuk kereta reguler atau kereta pendek. tanda ini berupa tulisan H besar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *