Di luar perbincangan ihwal nilai gizi dan kolesterol, kerupuk apa saja bisa dijadikan lauk maupun dimakan secara menggado. Pertanyaannya, manakah yang lebih sering?
Beda orang beda kebiasaan berdasarkan varian kerupuk. Misalnya untuk kerupuk udang tidak digado. Namun untuk kerupuk berlubang bisa menjadi lauk maupun digado, kadang dengan sambal kecap dan lebih afdal dengan sambal lotis. Begitu pun untuk karak gendar.
Harga kerupuk di warung bumbu, warung makan, dan penjaja keliling pun berbeda meskipun barangnya dari pabrik yang sama.
Soal harga dan ukuran, dari waktu ke waktu, tampaknya bisa menjadi indikator nilai rupiah. Tapi kayaknya tak menjadi soal besar bagi penggemar kerupuk. Sama seperti budak tembakau hanya mengeluhkan kenaikan harga rokok di awal perubahan harga.
6 Comments
Tergantung jenis kerupuknya paman hahaha
Biasa kalau kerupuk udang ataupun kerupuk putih yang besar itu bisa aku gado sebagai cemilan.
Tetapi kalau kerupuk merah yang ukurannya kecil-kecil itu sudah pasti yahudnya dimakan bersama semangkuk bubur ayam hihihi
Kalau buat soto Semarang maupun Betawi piyé, Dut?
kalo di sini, kerupuk udang dan emping masuknya kategori snack, paman..
Iya, malah di kedai dibilang crackers 😊
Buatku, kerupuk jenis apapun untuk lauk. Eh, tapi kalau kerupuk kemplang enaknya digado ding. Dimakan pakai sambalnya atau dicemplungin ke cuka pempek. Wk, jadi pengen kemplang kan.
Memang tak semua kerupuk layak jadi lauk 😊