Saya masih menerima kiriman pos, tetapi saya kerap ke kantor pos sebelas tahun lalu, untuk mengirim kartu pos ke luar negeri.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Kantor pos kecil di Jalan Pasar Kecapi, Bekasi, Jabar

“Jam delapan,” jawab petugas yang saya tanya dari ambang pintu sambil menjulurkan kepala ke dalam ruang, kalau malam sampai pukul berapa. Saya tak masuk karena ogah melepas sepatu. Alas kaki di depan pintu telah memberi contoh yang mengimbau.

Kantor pos kecil di Jalan Pasar Kecapi, Pondokmelati, Bekasi, Jabar, itu setahu saya baru. Tapi tak istimewa. Di jalan lain juga ada kantor pos kecil. Biasanya menyewa kios. Kantor-kantor kecil itu melayani aneka pembayaran tagihan.

Kini tak perlu lagi kantor pos tingkat kecamatan (atau kelurahan?) yang menyatu dengan rumah dinas kepala kantor dalam satu bangunan kopel berlisplang dan kusen jingga.

Saya masih berurusan dengan kantor pos sebagai penerima kiriman, antara lain dari pelapak daring. Pun majalah Panjebar Semangat dari Surabaya. Tetapi sebagai pengguna jasa langsung? Saya ingat agak sering ke Kantor Pos Mayestik, Jaksel, pada 2010-2011, untuk mengirim kartu pos ke luar negeri, kepada sesama anggota Postcrossing.

Terlalu banyak kenangan sentimental saya ihwal pos. Salah satunya: saya tahu kantor pos besar di kota besar yang punya stasiun kereta api punya satu loket yang tutup pukul sepuluh malam. Untuk pos Kilat Khusus. Di Yogyakarta, dulu, surat akan dibawa kereta Mutiara Selatan ke Bandung, yang berangkat malam.

Surat itu membawa cerita untuk pacar saya. Saat itu belum ada ponsel. Kami terlalu dini lahir. Tapi kami tak menyesal.

Kantor pos kecil di Jalan Pasar Kecapi, Bekasi, Jabar

13 thoughts on “Mungkin Anda lupa kapan terakhir kali ke kantor pos

  1. Mampir ke sini karena rekomendasi dari Kak Zam 😁 salam kenal Kak 😁
    Aku malah baru mau memulai menggunakan jasa kantor pos untuk kirim surat, karena sedang mengadakan proyek postcrossing dengan beberapa teman blogger 😁
    Beberapa teman yang udah kirim suratnya bilang bahwa petugas kantor pos kaget karena udah bertahun-tahun lamanya nggak melihat postcard dengan perangko πŸ˜‚. Aku dengarnya jadi miris sendiri πŸ˜‚

        1. Kita melompat. Ketika kartu pos masih berjaya hanya tahu barang itu untuk kirim kupon kuis dan jawaban TTS. Kartu pos bergambar bukan pilihan. Lalu hadirlah ponsel dan kemudian ponsel berkamera. Maka ketika berlibur pun semakin tak perlu artefak bernama kartu pos kertas.

  2. saya hari Senin kemarin ke kantor pos Deutsche Post. beli prangko serenteng (iya, prangkonya dalam bentuk renteng) untuk kirim kartu pos ke beberapa teman. kantor pos berada di stasiun kereta, kios kecil jadi satu dengan kios penjaja ATK, majalah, dan koran.

    oiya, soal toko buku, di sini bukan hal umum kalo toko buku jual ATK/ATS. untuk perkakaa itu ada tokonya sendiri, saya masih mengira kalo toko buku jual segala macam ATK macam Gramedia, ternyata tidak.

    kembali ke soal kantor pos. di dekat rumah sebenarnya ada, tapi saya memilih ke kantor pos ini yang agak jauh karena alasannya cuma satu: petugasnya bisa berbahasa Inggris. di kantor pos dekat rumah, petugasnya sudah sepuh dan hanya bisa berbahasa Jerman.

    selain urusan pos, kantor pos juga sering digunakan beberapa layanan untuk melakukan verifikasi data. jadi nanti setelah mendaftar, si pelanggan akan mendapat kode verifikasi yang dikirim lewat surel. kode tersebut dicetak, lalu nanti dibawa ke kantor pos. kantor pos memasukkan kode ke alat tertentu, dan terverifikasi, deh.

      1. Deutsche Post punya layanan ini. pesan lewat online, nanti dapat kode pengganti prangko, dicetak ke amplop atau kertas untuk ditempel kayal prangko. tapi layanan ini hanya terbatas untuk urusan pos nasional Jerman.

        ada juga vending machine prangko, yang sayangnya lebih gampang nemu kantor pos dibanding nemu vending machine-nya.. πŸ˜†

  3. rasanya saya baru saja ke kantor pos asli yg deket kantor bulan kmaren mungkin, iya asli karena kantorpos yg seperti difoto paman saya anggap tak asli hehe . mengirimkan paket punya istri. sekarang kantorpos sepi ramenya cuma pas ada orang-orangtua berkumpul, mungkin ngambil pensiun.
    waktu di jogja saya cukup sering ke kantorpos depan kampus UGM, lupa utk ngirim apa saja

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *