Tanpa bantuan film seluloid, seorang empu tari pun tak mengenal cara dirinya berjalan di luar pentas.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Buka paket belanja wajib merekam dengan video

Jelas, perkembangan gambar hidup sudah berlari jauh, apalagi setelah ada ponsel berkamera. Urusan paket belanja daring divideokan, untuk keperluan klaim, juga bukan hal baru.

Saya adalah bagian dari generasi lawas. Masa kecil saya cuma ada dalam foto karena dulu movie camera 8 mm (sebelum camcorder/handycam) hanya dimiliki sedikit orang, jauh lebih jarang ketimbang kamera analog berfilm. Maka rekaman gambar bergerak saya di masa bocah pun tak ada.

Lalu apa menariknya video bagi saya secara personal?

Hingga kini saya masih geli melihat bahasa tubuh saya, termasuk berjalan dan berbicara, dalam gambar hidup. Rekaman tanpa akting, misalnya dari kamera CCTV, masih membuat saya geli. Saya menyimpulkan, cara orang lain menirukan bahasa tubuh saya ternyata benar.

Saya belum pernah ikut teater sehingga tak mengenali bahasa tubuh alami saya maupun ketika menjadi orang lain. Wajar kan?

Soal bahasa tubuh, saya teringat cerita seorang seniman, bukan penari, yang pernah ikut Sardono W. Kusumo ke hutan Kalimantan, 1980-an. Sang koreografer mengenang, ketika pertama kali melihat rekaman dirinya sedang berjalan di Paris, tahun 1970-an (Dongeng dari Dirah?), dia berkomentar kurang lebih, “Jebul cara mlakuku aneh ya.”

Artinya, ternyata cara berjalan saya aneh ya. Tanpa bantuan film seluloid, seorang empu tari pun tak mengenal cara dirinya berjalan di luar pentas.

2 thoughts on “Apa pun divideokan tapi tetap ada yang menarik secara personal

  1. jangankan melihat video, mendengar suara sendiri yang direkam sering terasa aneh. tapi ini wajar, jadi ada dua hal yang bisa dilakukan: menyesuaikan suara atau gerak badan, atau menerima kenyataan.. 😆

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *