Masih belum jelas kenapa tukang Jawa menyebut jam makan siang sebagai laut dan lautan. Anda tahu?
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Sampoerna kretek SKT adalah rokok tukang

Maaf, ini bukan promo sigaret. Saya mau cerita soal rokok dan tukang. Sebagian besar tukang bangunan yang saya tahu ternyata perokok — tapi kini tak ada lagi tukang menyelipkan tembakau dan cengkih ke saku peci. Beberapa dari mereka merokok merek yang kata orang “rokok tukang”.

Dari sejumlah tukang tadi, ada yang merokok hanya saat rehat. Terutama saat jam makan siang, atau rolasan (dari rolas, bahasa Jawa, artinya dua belas, merujuk jam) yang juga disebut laut dan lautan.

Cara menyalakan sigaret hingga mengisapnya seakan berunsur takzim. Seorang tukang bilang, “Soalnya rokok tambah mahal, Pak. Harus dihayati, dinikmati.”

Lalu dengan sok bijak saya menanggapi, “Kalo mahal ya ndak usah udud, Kang.”

Tentang istilah laut dan lautan, saya menduga orang Jawa Tengah di pesisir tak mempergunakan istilah itu — tolong Anda koreksi kalau saya salah.

Dalam Bausastra Jawa Poerwadarminta, ternyata salah satu arti laut adalah “wis lèrèn tumrap wong nyambut gawé“. Tapi apa hubungannya dengan segara apalagi samudra?

Sampoerna kretek SKT adalah rokok tukang

¬ Bukan posting berbayar maupun titipan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *