Survei Litbang Kompas mencatatkan rapor buruk untuk Jokowi-Ma’ruf dalam setahun memerintah Indonesia. Rakyat, yang diwakili responden, tidak puas. Namun dalam hal kesejahteraan sosial jumlah yang puas melebihi yang tak puas.
Lalu saya membayangkan respons beragam orang…
- Kalau dia pendukung Jokowi hingga hari ini: “Memang banyak masalah, terutama Covid-19 dan Omnbus Bill yang belum presiden sahkan. Kalau orang lain yang jadi presiden, bakal menghadapi masalah yang sama.”
- Kalau dia pendukung Jokowi, sekarang juga masih, tapi sejak dulu kritis: “Pangkal soal adalah komunikasi pemerintah kepada rakyat. Hal yang bener pun kalo nggak dikomunikasikan dengan efektif bakal jadi masalah.”
- Kalau dia anti-Jokowi: “Salah sendiri jadi presiden, udah tahu nggak layak, bakal nemuin masalah, masih aja pengin mimpin dua kali.”
- Kalau dia anti-Jokowi dan sempat melunak, “Saya terima kemengannya, saya kasih kesempatan. Tapi nyatanya ya gitu deh, liat sendiri kan?”
Tentu itu hanya imajinasi saya, dengan simplifikasi pol-polan, sampai menggolongkan penjawab dalam empat kelompok seolah berasal dari kuadran Kartesius padahal tidak.
Kalau menurut Anda bagaimana?
2 Comments
Sampai saat ini saya masih heran, kok ada orang yang mengidolakan politisi atau partai politik, layaknya mengidolakan sebuah tim sepakbola. Atau mungkin saya yang tidak lumrah ya, Paman?
Yang lumrah belum tentu benar 😁
Nasihat bijak berlaku untuk menyikapi politikus: jangan terlalu sayang apalagi cinta terhadap si A, tapi jangan terlalu benci apalagi sampai muak terhadap si B. Suatu kali, atau beberapa kali, mereka akan atau bahkan sudah pernah bersekutu.