Kalah menghadapi kucing tetangga

Menghalau kucing liar piaraan tetangga itu sulit. Mereka tak nyaman di rumah sendiri.

▒ Lama baca < 1 menit

Akhirnya Kamso manaruh stok pel saput, yang biasanya untuk mendorong genangan tipis air, di carport.

“Sip, bisa buat ngusir kucing dari kolong mobil, ” kata Kamsi.

Sudah tahunan rumah suami istri itu diganggu kucing tetangga. Mereka menyebutnya kucing liar karena tanpa kalung, suka keluyuran, lalu kencing dan berak semaunya di teras dan halaman tetangga — atau di depan rumah jiran. Kalau kursi teras tak dibuat menungging, kucing segera mengokupasi. Kawin dan beranak pun di rumah tetangga.

Aneka cara sudah mereka tempuh: dari gel, spray, sampai karbol sereh. Tak mempan. Lebih mengesalkan lagi, kucing-kucing itu takut tikus. Untuk berlaku keras terhadap kucing, mereka tak tega dan tak mau.

“Mau aku bawa ke forum ibu-ibu RT entar jadi ribut,” kata Kamsi.

“Aku tahu ada cara terakhir yang semoga efektif. Kita datangi pemilik kucing untuk menertibkan piaraannya. Tapi aku nggak mau melakukan, males ribut,” sahut Kamso.

Kamsi tertawa masam, “Kita nanya konsultan, solusinya juga kayak caramu, Mas.”

Kamso tergelak, “Itulah kelebihan konsultan. Bukan dia yang mengeksekusi apalagi sampai menanggung risiko sosial.”

¬ Gambar praolah: Unsplash.com

2 Comments

Zam Minggu 11 Oktober 2020 ~ 03.22 Reply

lalu bagaimana akhirnya nasib si kucing, eh tetangga si pemilik kucing?

Tinggalkan Balasan