“Komplet bener, Tante. Oom Kamso pasti senang bikin ini itu dan perbaiki macem-macem. Nggak perlu manggil tukang,” kata Gajul, tetangga baru, saat mengembalikan tangga lipat ke gudang.
Dia mengomentari alat kerja Kamso. Apa saja ada. Cuma sabit dan cangkul, juga linggis, yang tak Kamso punyai.
“Kalo kamu liat laci meja kerja dia, ada tuh satu set obeng kecil untuk aneka keperluan. Alat buat buka hape atau tablet juga ada,” kata Kamsi.
Kamso dan Kamsi sudah lama mengenal Gajul, putra bungsu teman lama, sejak anak itu masih SMP. Setelah dewasa dan menikah dia menjadi tetangga.
“Oom Kamso kayak Papa. Alat kerjanya lengkap. Tapi Papa nggak terampil nukang. Kata Mama cuma bisa mbongkar, ujung-ujung manggil tukang,” kata Gajul.
Kamso masih di peturasan, duduk di kloset. Dia tak mendengar sahutan istrinya karena bunyi guyuran air dari tangki kloset menutupi suara luar. Tapi Kamso sudah menebak ucapan Kamsi nan padat testimoni pencoreng citra suami.
¬ Sumber gambar praolah: Unsplash.com
4 Comments
Testimoni istri saya kalo soal ketidakbecusan saya dalam hal tukang menukang pastilah juga padat berisi… :D
Itu namanya nasib 🤭
inii saya, paman.. hahahahha.. karena beli obeng sebiji harganya bisa lebih mahal dari beli obeng satu set.. padahal yang dipake ya cuma obeng itu saja.. 🤣🤣🤣
Konsumen rasional 😅👍