Soal klise: sebatas apa seseorang boleh atau perlu tahu isi ponsel pasangan? Setiap pasangan itu autentik. Yang penting sama-sama nyaman.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Telepon suami diangkat istri

Selagi Kamsi repot menggoreng telur dadar, telepon berdering. Dari Bu Pete, via WA. Kamsi mengaktifkan spiker, dan terus mematangkan dadar.

Setelah menanyakan kabar, Bu Pete sampai ke pokok soal: “Tadi lagi-lagi Mas Pete cerita, nelepon Oom Kamso yang angkat njenengan, Tan. Katanya kalo lagi nyetir atau di kamar mandi si Oom suka mendelegasikan urusan angkat hape ke anak-anak atau ibunya. Kok bisa sih?”

“Lha ya bisa. Wajar aja,” sahut Kamsi sambil membalik dadar.

“Ada pengecualian nggak, Tan?”

“Si Oom bersabda, kalo panggilan nggak ada nama, dari nomor hape, abaikan aja. Kalau dari nomor telepon pake 021 atau kode wilayah Indonesia lainnya, angkat.”

“Kalo ternyata yang nelepon wanita?”

“Wanita atau pria ya selalu aku jawab kalo Oom lagi repot, lalu aku minta kasih pesan. Simpel aja.”

“Ada penelepon genit nggak?”

“Pernah. Beberapa kali. Suara manja. Ada juga yang suaranya lancip galak. Tapi itu kan bawaan setiap orang.”

“Terus Tante gimana? Interogasi Oom?”

“Pernah sih. Karena suara kemayu itu dari wong lanang. Di satu sisi aku nggak soal, ini soal gaya dan bawaan, aku toleran. Tapi di sisi lain penasaran. Hihihi…”

¬ Sumber foto asli: Freepik.com dan Liputan6.com

2 thoughts on “Telepon suami diangkat istri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *