Yang keterlaluan di grup WA, ada yang merespons penjual dengan bertransaksi di depan khalayak.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Apa yang kadang bikin saya kurang nyaman akhirnya tersuarakan oleh Agus Mulyadi.

Saya sering menjumpai orang menginterupsi perbincangan di Twitter, Instagram, dan grup WhatsApp untuk menawarkan dagangan. Mereka tak peduli isi perbincangan.

Kalau di Twitter, tagar apa pun yang sedang naik akan mereka tumpangi. Tagar politik kelanjutan Pilpres 2019 dalam sebuah utas pun bisa ditumpangi nona penjual jasa intim untuk pria yang mestinya jaga jarak fisik saat Covid-19 — saat bermain sih boleh pakai masker berikut sexy masquerade hitam berenda pelengkap lingerie.

Di grup WA bisa terjadi anggota langsung share tanpa melihat sikon. Di tengah ucapan duka cita eh… dia menawarkan makanan sampai kamera, kadang hanya meneruskan penawaran orang lain atas nama membantu kawan.

Itu tadi kasus kurang empan papan, kurang pas, tahap pertama. Tahap kedua, anggota grup yang berminat langsung tawar menawar di wilayah kolektif, padahal lebih elok kalau japri.

Saking semangatnya berjualan, si anggota berjiwa wirausaha itu malah membagikan tangkapan layar testimoni pemesan lain, kadang dengan foto si konsumen dari grup lain, bahkan platform lain, sedang pegang produk makanan sambil acung jempol.

“Santai aja, namanya juga medsos,” kata seorang kawan. Dia memang bijak, padahal tak bernama Arif, Wicaksana, Wicaksono, maupun Bestari.

* Ilustrasi dalam posting adalah contoh fiktif, hasil rekaan belaka, supaya tak menyinggung penjual tertentu; hak cipta gambar asal (kulit durian) tak diketahui

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *