Bel rumah, baik jenis pencet maupun sensor, ternyata merepotkan. Anda pernah mengalami?
↻ Lama baca 2 menit ↬

Stiker Scotchlite para tombol bel rumah agar lebih terlihat

Saya lupa sudah berapa kali ganti bel rumah yang nirkabel. Penyebabnya sama: tombol pencet rusak atau jatuh lalu masuk got. Tapi ada soal lain yang bikin kesal: bel dijadikan mainan anak iseng. Salah satu dari kami keluar, anak-anak sudah lari. Mereka bukan anak tetangga.

Dulu di rumah kontrakan yang saya huni empat tahun, di RT sebelah, bel juga buat mainan. Kadang si anak iseng ngebel saat berjalan bersama orang tuanya. Demikian laporan yang saya terima karena saya tak melihat langsung.

Tetangga saya, seorang kakek, kapok memasang bel karena rusak buat mainan. Bayangkan kerepotan orang tua harus membuka pintu ternyata tak ada tamu.

Apakah bel saya selalu berfungsi? Tidak. Tak setiap tamu melihatnya, sampai kotak tombol saya tempeli 3M Scotchlite supaya kentara. Ternyata bukan jaminan terlihat. Bulan lalu seorang tamu datang tiga kali karena saat dia permisi, sonder ngebel, orang orang rumah tak mendengar akibat setiap orang berurusan dengan sumber suara masing-masing.

Memperkecil jangkauan radius bel sensor di atas gerbang rumah

Dua pekan lalu saya meniru toko, memasang sensor gerak, untuk menggantikan genta sapi dan giring-giring gerobak sate di pintu gerbang. Barang-barang kuningan itu hanya efektif untuk pintu geser, bukan pintu engsel ayun seperti punya saya.

Bel sensor ini hanya berbunyi di luar, sebagai penyambut tamu, termasuk kurir paket, karena sensor dan spiker ada dalam satu unit. Suara saya setel pelan, dengan kemungkinan orang di dalam rumah tak ada yang mendengar. Kalau suara saya setel penuh — hanya ada dua opsi: pelan dan keras — suara burung menjadi ngotot parau.

Bel sensor ini bagus tapi merepotkan. Supaya tak semua pelintas jalan depan rumah menjadi pemantik bunyi, demikian pula penghuni rumah saat keluar dari teras, cakupan radius saya kurangi dengan menempelkan sisa Impraboard.

Lumayan berhasil. Radius sensor tak rakus. Tapi ada kucing melintas mepet gerbang, tetap saja sensor pun bekerja, baik siang, tengah malam, maupun dini hari. Ada motor atau mobil lewat dengan derum kentara, sensor itu juga bunyi. Orang berjalan kaki dengan menepi ke arah pagar saya, bel juga menyambut. Waktu bel masih baru, beberapa anak kecil sengaja mondar-mandir di mendekati gerbang supaya sensor berbunyi.

Kesimpulan? Pakai bel apa pun merepotkan. Kalau tidak pakai juga merepotkan.

4 thoughts on “Kisah bel pencet dan bel sensor gerak

  1. walah.. ide bagus.. tapi akan selalu saja ada anak usil yang ngeselin..

    di sini, saya sering kali dapat bel dari orang. jika memang tidak menunggu kurir atau sesuatu, saya tidak buka kan pintu. maklum pintu masuk apartemen hanya satu dan hanya bisa dibuka oleh penghuni dengan kunci, atau dibuka secara remote dari dalam unit. untuk pos, mereka punya kunci universal yang bisa membuka semua pintu apartemen untuk masuk dan memasukkan surat. namun tidak untuk kurir partikelir macam DHL atau UPS, mereka harus mengebel (orang sini juga menggunakan istial “ngebel” untuk menelepon) untuk meminta dibukakan pintu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *