Di dalam gereja, maksud saya gedung gereja, hari ini tak ada kebaktian maupun misa, agar virus korona tak menyergap semua orang.
Supaya unsur persekutuan (koinonia) terwakili, ibadat secara daring diharapkan dilakukan simultan dari rumah masing-masing. Bisa berupa kebaktian kecil – karena dua tiga orang pun cukup – dengan liturgi dari ponsel dan tablet maupun pengaliran video melalui YouTube, apalagi ada Chromecast dan smart TV. Toh kalau hanya dari sisi homilitika sama.
Bagaimana kalau tidak ada internet? Tetap bisa. Toh gereja mula-mula dalam Kisah Para Rasul bisa.
Komunikasi massa zaman Yesus?
Gereja dan entitas keagamaan lain menapaki zaman, beserta klaim diri perihal peran profetiknya sebagai pengawal arah kehidupan dan peradaban, seiring perkembangan teknologi.
Sebelum Johannes Gutenberg menemukan mesin cetak, tak sembarang warga gereja dapat mengakses Alkitab. Karena revolusi percetakan dan perbukuan, warga gereja secara proaktif dapat belajar sendiri.
Sebelumnya lagi, belasan abad ke belakang, untuk menggapai kerumunan, menyampaikan apa yang disebut kabar keselamatan, Rasul Paulus berkeliling sekitar Laut Tengah (apakah benar sekalian menjual tenda?). Belum ada koran, radio, televisi, dan internet. Meski begitu Paulus rajin menulis surat untuk jemaat.
Kini era media sosial. Setiap orang dapat membuat konten dan menyebarkannya. Setiap orang bisa menjadi kurator konten multisumber lalu membagikannya.
Orang tak perlu langsung mengakses situs berita apalagi memegang edisi cetak. Cukup baca judul di Twitter, Facebook, atau WhatsApp, karena lebih menarik komentar sesama warga perihal isu tertentu.
Lalu?
Saya teringat gugatan Yudas Iskariot, si murid durhaka – namun dalam perspektif lain bisa saja dia seperti wayang yang menyusuri peran dalam garis nasib – terhadap Isa Sang Guru, dalam opera rock Jesus Christ Superstar, lagu “Superstar” (Webber dan Rice, 1970).
You’d have managed better if you’d had it planned
Why’d you choose such a backward time and such a strange land?
If you’d come today, you would have reached a whole nation
Israel in 4 BC had no mass communication
Don’t you get me wrong – I only wanna know
Lho, mass communication, yang cenderung searah, dari satu pihak ke banyak pihak secara luas?
Ehm, ketika opera rock ini dibuat belum ada media sosial. Tapi dakwah di televisi (televangelisasi) sudah ada.