Lapar mata, lapar perut, salah info porsi, dan yang lebih sial ternyata makanan pesanan tak sesedap yang kita bayangkan. Alhasil kudapan pun tak habis.
Baiklah kalau kasusnya karena salah info porsi atau tak enak pol-polan. Tapi kalau dalam prasmanan, ada saja orang kemaruk yang ambil melebihi kapasitas perut dan tingkat kejenuhan lidah. Dalam resepsi misalnya. Juga dalam buffet di hotel dan resto all-you-can-eat.
Kelebihan bisa dibungkus kalau makanan di kedai tersaji karena pesanan. Untuk buffet di hotel, misalnya kita tak malu, akan ditegur pramusaji.
Tentang makanan yang tak habis, bapak saya membedakan sisa dan turah(an) dalam bahasa Jawa. Sisa itu untuk gukguk. Turah, yang kemudian disiapkan di wadah, untuk manusia. Biasanya untuk makanan tak habis yang bukan dalam piring makan kita, tapi dari wadah lain yang harus diambil untuk dipindahkan ke piring makan.
Emang sih, tergantung kemasan ketika sampai di tangan penerima.
Habiskan Makananmu atau Berikan Ke Orang Lain.
Jika dirasa tak mampu habisin, sisihkan dan minta take away. Biasanya aku kasih ke CS di toilet, ojol, ART di kos atau siapa saja yang sekiranya mau.
Lebih baik lagi jika kita tahu ukuran porsi makan kita jadi ga buang makanan. pic.twitter.com/A53F78BEc2
— IG : Lenny.diary (@Lenny_diary) February 21, 2020