Sepulang dari gereja aku ke sebuah warung gudeg lezat yang buntilnya juga wuahhh sedap. Di sebelahnya ada kedai kopi, tapi masih tutup. Aku terkesan oleh coretan di kaca pintu, lalu tersenyum sendiri.
Selalu terbatas pemahaman manusia tentang Tuhan. Cara paling mudah adalah personifikasi: menganggap Tuhan punya kesamaan dengan manusia – bukan sebaliknya. Bisa marah. Bisa senang. Bahkan cemburu.
Tak hanya personifikasi Tuhan. Imajinasi tentang surga maupun neraka bisa antropologis. Aku tak tahu jika dulu agama-agama besar lahir di kutub, bagaimanakah manusia di sana menafsirkan rupa surga dan neraka terutama dalam hubungannya dengan api.
Tolong dikoreksi kalau aku salah ingat dan salah rujuk. Saat SD aku membaca terjemahan Winnetou, di sana orang Indian versi Karl May menyebut kehidupan kekal setelah kematian manusia sebagai ladang perburuan abadi. Surga adalah citra ideal.