Perlu tak perlu, butuh tak butuh, kini setiap orang punya lampu senter.
↻ Lama baca 2 menit ↬

Korek api gas sekali pakai dilengkapi lampu senter

Setelah nyala api macis mengecil, lalu saya mengamati lubang bening yang saya sangka jendela pengintipan isi gas, barulah saya ngeh bahwa lubang itu adalah lampu senter.

Lampu senter semakin menjadi bagian dari perlengkapan pribadi kita. Hampir setiap ponsel punya.

Dulu dalam gelap orang hanya bisa memanfaatkan layar ponsel, terutama halaman web yang dominan putih, sebagai penerang darurat.

Korek api gas sekali pakai dilengkapi lampu senter

Baterai adalah lampu senter

Ada masa ketika lampu senter hanya ada satu dalam setiap keluarga. Termasuk barang mewah dan merepotkan jika menjadi gizmo setiap orang.

Iklan jadul baterai Eveready

Pada zaman lawas, ketika listrik belum merata, dunia luar rumah malam hari adalah kegelapan. Maka lampu senter menjadi bawaan wajib.

Dulu iklan baterai mengedepankan fungsi sebagai sumber setrum sentolop. Setelah ada radio transistor portabel, iklan baterai mengedepankan fungsi sebagai sumber daya kotak suara.

Sedemikian pentingnya baterai untuk lampu senter sehingga sampai 1990-an sebagian orang Jawa menyebut sentolop sebagai “baterai” . Lebih ringkas ketimbang “lampu baterai”.

Lalu untuk baterai, sebutannya adalah “batu”, sebagai peringkas untuk “batu baterai”.

Koleksi senter

Ada masa ketika muda saya menyukai senter kecil murah meriah, kebanyakan yang kecil, berbaterai AA lalu AAA. Ada juga yang berbaterai kotak 9 V dan baterai tanggung C 1,5 V. Saya juga punya suku cadang bolam dari pelbagai ukuran dan daya.

Saya merasa menjalani hal mewah: sudah ada listrik kok punya senter, padahal jarang bermanfaat.

Senter kecil, hingga ada Maglite berbolam halogen, berikut bolam cadangan dalam bodi lampu senter, selalu menemani saya.

Belum lama saya memensiun gantungan kunci berbaterai kancing, berlampu LED, karena hanya memberati anak kunci.

Gantungan kunci Energizer, yang saya beli di Circle K pada 2010, itu adalah perkara keterusan. Kadung menempel di anak kunci dan baterainya tak kunjung habis setrum.

Ketika ponsel punya lampu senter, saya lupa memensiun gantungan kunci. Jadul nian saya.

Kini di zaman sentolop LED dengan baterai cas ulang 18650 saya tak berminat mengoleksi lampu senter.

Hilang dipinjam

Lebih dari sekali senter kecil saya hilang karena si peminjam tak mengembalikan.

Kenapa tak saya tagih?

Peminjaman berlangsung dalam gelap. Si peminjam tak saya kenal. Setelah kegelapan usai saya tak tahu siapa si peminjam, dan ketika saya tanya tak ada yang mengaku.

Salah satu peristiwa kehilangan yang saya ingat adalah dalam perjalanan bus Jakarta ke Bandung, 1990. Saya naik dari Cililitan. Di Cianjur, dalam gelap malam, bus mogok.

Daripada sumuk di dalam, saya pun turun. Saya lihat kernet menggunakan korek api untuk melihat kolong mobil dan ban. Berbahaya. Lalu saya keluarkan sentolop saya.

Kemudian entah siapa yang meminjam sentolop untuk membantu kernet dan kondektur bekerja. Saya menepi.

Setelah urusan beres, perjalanan akan berlanjut, tak ada yang mengaku meminjam lampu senter saya.

Entahlah apakah penyuka sentolop modern, seperti Sandalian, pernah kehilangan barang setelah dipinjam orang.

*) Foto repro pertama iklan Eveready tak diketahui oleh siapa