↻ Lama baca < 1 menit ↬

Saya jarang menempuh lajur ini. Sempit, hanya cukup seorang, kalau lalu lintas sedang padat kendaraan para pejalan kaki akan menuai asap dan debu.

Lalu bagaimana kalau terpaksa berserobok dengan orang dari depan? Tunggu siapa dulu yang akan mencapai celah di antara balok sekat. Masalahnya saya jarang lewat, tak hafal di mana ada celah. Repot juga. Maka saya memutuskan jalan terus.

Kalaupun sama-sama terjebak toh tak akan menjadi adegan komikal: dua orang meniti wot sempit di atas jurang, lalu di tengah akan anggar untuk saling menyingkirkan.

Orang dari arah depan lebih dulu mencapai celah. Sambil melengos dia memberi jalan kepada saya. Terima kasih, Ki Sanak.