Sekarang aksara Cina kita anggap biasa. Kalaupun kita tak paham juga tak masalah. Hal ini tak mungkin pada masa Orde Soe Harto, karena aksara Cina dilarang – kecuali untuk Harian Indonesia, koran binaan intelijen militer.
Setelah Gus Dur menjadi presiden, larangan anti-Cina itu dihapus.
Kalau aksara dan bahasa Cina dilarang, kenapa aksara dan bahasa lain tidak? Aksara Latin juga dari luar. Tapi kalau hanya membolehkan aksara Jawa, Bali, dan Batak, itu bukan Indonesia.
Takkan habis mencari dan membahas apa yang asli Indonesia.