↻ Lama baca < 1 menit ↬

Soal estetika silakan berdebat. Tapi bagi saya hal macam ini biasa. Dulu ketika banyak orang kampung punya halaman, kolam ikannya dihiasi patung semen macam ini, kadang dengan pose sedang menuang air dari kendi.

Tetangga sekitar bersikap biasa saja. Orang dari luar kampung juga cuek. Dalam batas tertentu, sesuai kepatutan kolektif, ekspresi menyangkut erotika bisa diterima sebagai kewajaran dalam kehidupan. Tak ada penentangan atas nama “kebudayaan asli” tapi bagi yang tak sependapat disebut merujuk nilai-nilai luar.

Ehm, apa sih yang asli Indonesia? Ketika persoalan sampai di sini, nilai yang dianggap dari luar – tapi berseberangan dengan nilai-nilai lama – sebenarnya juga boleh mengaku sesuai kebudayaan lokal. Lalu muncullah polemik.