“Memang saya buka, biar bagus,” kata Mbak Pramusaji seusai menyingkap tirai bilah ke atas, agar cahaya kekuningan senja, pada pukul 17.53, menyusup ke dalam kedai kopi.
Lalu dia berdiri, diam sebentar, menatap jendela, tak sampai semenit, karena harus melayani panggilan meja pengudap.
“Bagus kan, Pak?” katanya saat melewati meja kami sekeluarga.
Tak sampai semenit kemudian cahaya keemasan dari luar jendela itu pudar.