↻ Lama baca < 1 menit ↬

agen laundri sopo nyono di jatirahayu, pondokmelati, bekasi

Judul itu adalah kesan saya hampir 30 tahun silam tentang Jakarta dan sekitarnya. Sebagai orang daerah saya heran dengan banyaknya agen laundri. Waktu saya masih bocah di Salatiga sering disuruh ke penatu Melati dekat bioskop Ria untuk mencucikan pakaian dan kadang chemische wasserij – Bapak saya sering menggunakan kata “wasserij“. Seingat saya penatu bukanlah layanan laris. Selain dengan Melati, urusan wasserij juga dengan Gemari – penjahit sekaligus agen sepeda motor (dulunya toko kain, akhirnya si engkoh malah bikin usaha tadi plus tim motocross).

Di Yogya, hanya atas izin dan restu Bapak maka saya sebagai anak sekolah boleh bermewah dengan penatu. Misalnya penatu di Jalan Solo (Urip Sumoharjo) untuk mencucikan kelambu atau selimut tebal. Pernah juga saya mencucikan jins kotor sepulang dari lapangan ke penatu lain. Ongkosnya mahal.

Lho apa istimewanya penatu zaman dulu? Tidak ada. Dulu belum dikenal laundri kiloan. Mahasiswa generasi saya mengalami mencuci dekat sumur, bisa pagi bisa siang bisa malam bergantung selanya waktu. Baru akhir 90-an Yogya mengenal laundri kiloan, kan? Adapun laundri serius, agen dari Hotel Ambarrukmo, zaman saya kuliah dulu juga ada di Jalan Bantul. Pemiliknya adalah orangtua teman saya. Saya tak tahu seberapa banyak pelanggannya.

Dengan latar itulah saya dulu takjub dengan Ibu Kota karena banyak agen laundri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *