Dia katakan, “Lha ya sudah, Pak!” Bahasa tubuhnya meminta saya masuk, meninggalkannya ber-teks-ria dengan ponsel, duduk di atas motor, di depan gerbang. Sebelumnya dia sempat memotret nomor rumah saya.
Saya meradang, “Ini rumah saya. Kok kamu mengatur?”
Saya tetap berdiri. Menunggu dia enyah. Akhirnya dengan bersungut dia tuntun motornya, menyingkir.
Siapa dia? Petugas verifikasi entah apa. Dia mencari rumah bernomor sama tapi nama jalannya berbeda. Sayang saya tak memotretnya.