Waktu itu sekitar jam buka puasa. Jalanan di kampung sepi apalagi basah sisa gerimis belum tersingkir. Anak muda dengan langkah cepat itu mendahului saya,. Dan saya pun terkesan dengan tulisan pada punggungnya. Tentang dosis minum oplosan, dari sebotol sampai lima botol.
Tentang istilah oplosan, dulu saya tahunya itu istilah netral. Tentang pencampuran aneka unsur. Pada 1977 – ya, 37 tahun yang lalu! – saya melihat oplosan dalam arti lain: aneka minuman beralkohol dituang ke dalam sebuah waskom/baskom blirik, dikitari belasan orang yang duduk bersila, secara bergilir menciduki air api. Waktu itu saya diajak kakak saya dan temannya mendatangi perkawinan teman mereka, seorang guru STM yang bekas anak band, di Kampung Kupangsewan, Ambarawa.
Di antara pengerumun dan pencicip minuman itu adalah remaja yang lebih tua dari saya. Mereka adalah murid Pak Guru rocker. Saya tidak mencicipi karena tak tertarik. Lagi pula saya belum berhak memiliki KTP.