Orang Jawa punya pantun “gedhang kepok gedhang ijo, sing mondok dadi bojo“. Pisang kepok pisang hijau, (orang) yang mondok jadi suami/istri. Saya termasuk doyan kepok, dan rumah saya di Yogya pernah jadi pondokan mahasiswi. Lalu? Kembali ke pisang, kalau kurang beruntung kita dapat yang tampangnya jelek begini. Kepok ini buat apa? Dimakan dong. Mentah? Iya, tanpa dikukus atau digoreng.
Dulu waktu SD sampai kuliah saya senang kalau menebang pohon pisang bersama Ibu di rumah Salatiga karena pasti sebagian sisir pisangnya (termasuk kepok) sudah matang di pohon: siap petik dan santap. Seringkali ada sesisir dua sisir yang sudah habis disantap cocot dan burung. Paling tak tega kalau menurunkan tandan pisang yang ada sarang burungnya, berisi telur dan pernah anak-anaknya yang barusan menetas.