Akhirnya semua terbiasa. Bukan terhadap perantinya melainkan pemiliknya, yang membaca Alkitab dari gawainya selama ibadat di gereja.
Dimulai empat tahun lalu ketika BlackBerry ber-Alkitab, akhirnya kian bertambah orang tak berbuku tebal ke gereja. Nyanyian pun sudah terproyeksikan ke dinding.
Berangkat ke gereja tak perlu banyak bawaan. Teknologi telah mengatasinya sepanjang ada setrum.
Setelah mesin cetak ditemukan, peminat isi Alkitab tak perlu minta tolong biarawan untuk dibacakan. Perubahan terus terjadi.