Dulu waktu saya masih mahasiswa, yang tentu saja belum ada media sosial, pernah membayangkan setelah kaya akan membeli mobil boks yang saya hiasi gambar wajah saya. Begitu juga dengan bilbor, saya akan memesannya. Untuk apa? Iseng dan buang duit. Untunglah, meskipun belum terlaksana – karena belum kaya – saya segera sadar bahwa ketenaran itu akan menyiksa, lalu menggerus kebebasan, karena wajah dan nama saya mudah dikenali.
Nah, tentang mobil ini, saya tak tahu siapakah yang menyetir dan menumpanginya. Saya bayangkan, kalau cita-cita sesat saya tadi terwujud, kemudian sopir membawanya ke panti pijat sumber penat, atau spa khusus pria, bisa rugi saya – karena yang datang ke sana bukan saya.