Pasar malam tahunan Dugder (baca: dhug-dhèr) Semarang, untuk menyambut Ramadan, selalu menampilkan lapak-lapak penjual pertasan. Tak pernah jelas duduk soal dalam hukum. Memang sih beberapa perda melarangnya, bahkan imbauan ulama juga pernah meminta untuk menghentikannya, tetapi ya begitulah nyatanya mercon tetap dijual, dibeli, dan diledakkan.
Saya takut akan mercon setelah di Salatiga ada pabrik mercon milik Pak Djaelani meledak pas halal bil halal, dan salah satu titit korban (anak-anak) terkabar sampai terlepas.
Sebelum takut, dalam usia 10 tahun saya dan teman malah merakit mercon tanpa label dengan cara produksi yang superbodoh: di atas atap seng kamar mandi teman, karena harus ngumpet. Bahan-bahan eksplosif kami taruh dalam besek. Sampai kini saya masih ingat cara membuat selongosong petasan, memasang sumbu, dan mengisikan mesiu haram jadah itu.