↻ Lama baca < 1 menit ↬

Teknologi RDS Elshinta, menyusul Sonora

Tuner Anda, baik dengan hi-fi layak maupun asal bunyi, sudah dapat menampilkan nama stasiun radionya. Tapi mengapa tak semua stasiun memakai RDS (radio data system)?

Sejauh saya tahu selama hampir sepuluh tahun terakhir baru sedikit stasiun yang sudi memakainya. Misalnya jaringan Sonora dan Elshinta.

Selebihnya? Silakan pendengar menghapal frekuensi stasiun favorit. Sebagai pendengar loyal, tanpa menyimpannya dalam preset stations pun Anda pasti hapal frekuensi setiap stasiun. Lebih dari itu, sebagai loyalis Anda dapat menebak stasiun dari suara penyiarnya.

Begitu juga mungkin pikir setiap juragan stasiun. Lagi pula pada setiap siaran, station ID dan jingle-nya kan sudah menyebutkan nama stasiun. Ngapain repot pakai RDS?

Untuk kasus Jabodetabek, wilayah dengan puluhan stasiun radio, preset untuk 20 mungkin sudah cukup. Setiap orang hanya menyimpan maksimum sepuluh stasiun, itu pun hanya didengarkan dalam mobil dan sesekali di ponsel.

Lebih dari 20 presets (NAD C426 bisa 30, Onkyo T4555 bisa 40, dan Marantz ST6003 bisa 50), mungkin berlebihan. Hanya orang kurang kerjaan yang sering berpindah-pindah stasiun.

Mahal atau murahnya penerapan RDS bagi stasiun saya tidak tahu. Yang saya tahu radio belum mati, dan saya masih menyukai radio. Tapi seiring perkembangan teknologi — termasuk radio satelit yang bisa menampilkan judul lagu — mestinya digitalisasi menjadi sebuah pilihan.

Maksud saya digitalisasi di luar streaming di internet. Karena untuk yang ini pun ada tuner-nya sendiri, tapi butuh bandwith kencang dan stabil. :)

Nah, sebelumnya sampai sana, mestinya tuners kita yang biasa-bisa ini bisa memunculkan nama stasiun. Tak perlu menerka-terka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *