↻ Lama baca < 1 menit ↬

Sampai akhir 90-an, nada dering ponsel hampir sama. Terutama jika merek dan modelnya sama. Maka ketika satu ponsel berdering, pemilik lain merasa ge-er.

Saat itu kustomisasi dan personalisasi nada dering ponsel hanya bisa dilakukan dengan membuat ringtone sendiri. Pada Ericsson (dulu belum menjadi Sony Ericsson) misalnya, berarti harus memasukkan not dari tombol ponsel. Agak merepotkan bagi yang buta not.

Maka pada 1997, teman saya bangga sekali setelah berhasil membuat dua bar lagu Begadang-nya Rhoma Irama. Dan saudara saya, dengan penuh kerepotan, membuat nada pada ponsel meniru piano Tony Banks untuk intro Firth of Fifth-nya Genesis.

Sekarang? Ah sudahlah. Mau lagu dan suara apa saja bisa karena ponsel seharga Rp 370.000 pun sudah menjadi pemutar musik. Sumber tone bisa dari mana saja. Internet adalah sumber utama.

Meskipun begitu, lima tahun lalu saya pernah mengantre sebuah kios penjual nada dering di sebuah kota di Sulawesi Selatan, yang menjual isi melalui kabel data – bukan melalui Bluetooth. Harga per nada dering Rp 20.000.

Kenapa saya lakukan? Hanya mau tahu saja. Yang dijual ternyata hasil unduhan dari internet, dari MP3 sampai suara bebek dan kambing berformat WAV. Belum meratanya akses internet saat itu, termasuk mobile internet, membuat penjual nada dering menjadi raja.

Dari manapun sumber nada dering, dan berapapun harganya (gratis itu juga harga), nada dering membuktikan satu hal: setiap orang tak ingin menjadi generik. Sebab kalau generik malah tak ada pembeda antarperanti. Bahkan akhirnya pemanggil tertentu pun diberi nada berbeda.

Saya pun termasuk kaum itu, membedakan nada dering istri, anak-anak, dan ibu saya. Dulu, sampai tiga tahun lalu, hotline kantor saya (baca: mesin faks) juga saya tandai dengan nada dering sendiri.

Lantas apa istimewanya kisah ini? Dalam setiap kerumunan saya sering bisa mengenali bahwa ringtone dan alert yang berbunyi adalah dari BlackBerry. Tak sedikit pemilik yang malas mengganti nada dari Research in Motion. Saya tak tahu apa sebabnya.

*) Dimuat di Kolom Paman Tyo, detiknet Senin 1 November 2010

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *