↻ Lama baca < 1 menit ↬

Tak ada yang istimewa dari promosi pada gondola (kapling ujung rak) sebuah toko swalayan ini. Bilbor di perempatan dan halte bus juga memampangkannya. Kita sudah terbiasa. Namanya juga deodoran, ya penyampaian pesannya boleh begitu. Tapi pada tahun 70-an, sebuah koran menjadikan iklan deodoran Odorono sebagai contoh pornografi; gambarnya sejenis dengan ini (tapi tanpa pria).  Jangan-jangan sekarang pun ada yang menganggapnya begitu — kalau menurut Anda bagaimana?

Yeahhhh, iklan adalah kepingan potret perubahan sosial kita. Selalu menarik untuk diamati.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *